Fakta Sebenarnya di Balik Penghargaan Syahrini di Cannes dan Penolakan Tajam dari UNESCO akhirnya Terungkap

admin_gie9341w

17/08/2025

5
Min Read

On This Page


News IT

– Fakta sebenarnya di balik penghargaan yang diterima penyanyi Syahrini di Cannes Film Festival 2025 akhirnya terkuak.

ternyata, UNESCO yang merupakan bagian dari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan telah menyampaikan klarifikasi.

UNESCO menyatakan bahwa mereka tidak terkait dengan penyerahan penghargaan untuk penyanyi Syahrini pada suatu acara bernama “Listen to Her Parole” yang diselenggarakan di Cannes tahun 2025.

Pada pernyataan resmi yang dirilis oleh UNESCO Regional Office Jakarta, mereka menyatakan bahwa penghargaan tersebut bukanlah bagian dari program atau bentuk pengakuan resmi UNESCO.

“UNESCO tidak terlibat dalam memberikan apresiasi kepada gelaran yang berlangsung di Cannes sebagaimana disebutkan,” demikian tertulis dalam pernyataan dari UNESCO Regional Office Jakarta, seperti dilaporkan Jumat (23/5/2025).

Walaupun begitu, UNESCO tidak membantah adanya keterkaitan simbolis lewat hadirnya Guila Clara Kessous, seorang seniman yang juga diakui sebagai UNESCO Artist for Peace.

Namun partisipasi Guila Clara dinyatakan sebagai hal yang personal, bukan perwakilan institusi.

“Meski acara itu kemungkinan besar mencakup partisipasi Artis untuk Perdamaian UNESCO secara pribadi atau simbolis, namun acaranya tidak termasuk sebagai ritual ataupun formalitas penghargaan resmi oleh UNESCO,” demikian kelanjutan pernyataan tersebut.

UNESCO mengatakan bahwa penghargaan yang diraih Syahrini mungkin datang dari United Society Council, lewat acara bernama Listen to Her Parole, yang sebenarnya mendapat dukungan dari Guila Clara Kessous.

Sebelumnya, publik dan media sosial heboh dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa Syahrini telah mendapatkan penghargaan resmi dari UNESCO di Cannes, Prancis.

Syahrini menyatakan hadir di acara tersebut guna memperoleh penghargaan atas Prestasi Luar Biasa dalam Hiburan, Pengaruh, dan Dampak Budaya Global.

“Saya hadir di Cannes guna memperoleh apresiasi prestigius dan istimewa dari UNESCO lewat wadah Listen To Her Voice,” demikian tertulis oleh Syahrini dalam kiriman Instagram-nya pada hari Sabtu (17/5/2025).

Kata Christine Hakim

Sebaliknya, Christine Hakim memberikan komentarnya mengenai sorotan publik terhadap penyerangan yang dialami oleh penyanyi Syahrini tentang kejadian “membeli tiket” untuk berpartisipasi dalam Festival Film Cannes 2025, bukan karena undangan resmi.

Pada kesempatan berbicara dalam suatu program talk show yang dibawakan oleh Feni Rose di stasiun televisi TransTV, Christine Hakim menyampaikan dengan tegas bahwa masyarakat harus mengakhiri persebaran kabar yang salah dan tidak akurat.

“Beginilah, selain meminta maaf pada Syahrini, ia juga perlu bertobat kepada Tuhan,” demikian kata Christine Hakim yang dilaporkan Jumat (23/11/2025).

Christine Hakim yang juga menghadiri Karpet Merah menyatakan bahwa Syahrini datang ke Cannes 2025 sambil membawa penghargaan, bukannya hanya untuk berjalan di atas karpet merah, dan ini harusnya menjadi suatu prestasi membanggakan untuk Indonesia.

“Baiklah sebarkan berita palsu itu karena memang begitu caranya, padahal sudah terlihat dia mendapat penghargaan,” ujar Christine Hakim.

“Seharusnya kita merasa bangga dan memberi dukungan, coba pikirkan, mengingat ada begitu banyak negara di seluruh dunia ternyata Indonesia yang terpilih,” kata Christine Hakim.

Terdahulu, kedatangan Syahrini di acara Cannes 2025 menjadi bahan perdebatan di media sosial. Beberapa pengguna internet mengkritik penyanyi lagu “Sesuatu” tersebut dengan menyebut bahwa dia hanya membayar untuk mendapatkan akses ke karpet merah saja.

Festival Film Cannes tahun 2025 secara resmi dibuka tanggal 13 Mei 2025 dan akan terus berjalan sampai 24 Mei di kota Cannes, Prancis.

Sebelumnya, Syahrini menyatakan bahwa penghargaan itu diberikan oleh UNESCO menurut informasi yang tertera dalam postingannya di Instagram.

Baru-baru ini terungkap bahwa hadiah tersebut diserahkan oleh Dewan Masyarakat Bersatu (USC), sebuah organisasi yang berlainan dari UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikat Bangsa-Bangsa), lembaga spesial di bawah PBB yang sangat dikenali publik.

Tetapi, perlu diingat bahwa organisasi tersebut tidak memiliki koneksi resmi dengan UNESCO Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Cuma begitu, United Social Council bekerja sama atau berpartner dengan UNESCO untuk tujuan meningkatkan kekuatan suara wanita.

Berdasarkan situs resmi USC,
www.unitedsocietycouncil.org
, Dewan Masyarakat Bersatu (DMB) merupakan suatu organisasi mandiri yang bernaung di Dublin, Irlandia. Organisasi ini menyatakan tujuannya dalam memperkuat posisi wanita, mendorong kesetaraan jender, serta merayakan pencapaian orang-orang dari segala lini kehidupan.

Institusi tersebut menghargai artis asal Indonesia, Syahrini, dalam perhelatan Listen to Her Parole yang digelar di Carlton Hotel Cannes, Prancis, tanggal 14 Mei 2025.

Pada acara itu, Syahrini mendapat penghargaan Prestasi Luar Biasa dalam Hiburan, Pengaruh & Dampak Budaya Global.

Acara ini juga didukung oleh Yayasan Putri Charlene dari Monako dan menampilkan kehadiran tokoh-tokoh internasional, termasuk Guila Clara Kessous, yang dikenal sebagai UNESCO Artist for Peace.

Acara “Listen to Her Parole” diadakan oleh Discrete Magazine bersama dengan Yayasan Princess Charlene of Monaco.

Berdasarkan cuplikan video di akun Instagram Syahrini, acara Listen to Her Parole diketahui digerakan oleh United Society Council yang terpampang dalam sebuah poster digital.

Acara ini adalah komponen dari peringatan Festival Film Cannes 2025 dengan tujuan memuliakan wanita-wanita berkualitas tinggi dalam beragam sektor seperti seni, budaya, teknologi, bisnis, serta politik.

Syahrini mendapat anugerah bertajuk “Pencapaian Luar Biasa di Industri Hiburan, Kekuatan Pengaruhi dan Dampak Budaya Global” karena sumbangannya pada dunia hiburan serta pengaruhnya yang besar terhadap kebudayaan dunia.

Kehadiran istilah “UNESCO” dalam pemberian penghargaan ini menyebabkan kesalahpahaman seolah-olah institusi yang mengeluarkan penghargaan tersebut merupakan organ resmi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Namun, tak terdapat informasi resmi tentang kolaborasi atau penganugerahan tersebut pada laman web maupun publikasi milik UNESCO Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Nama UNESCO tercantum karena kehadiran Guilala Clara Kessous, seorang seniman dan akademisi dari Prancis yang populer berkat komitmennya dalam mendukung hak asasi manusia lewat karya seni.

Pada Januari 2012, Guila Clara Kessous ditunjuk menjadi “UNESCO Artist for Peace” karena dedikasinya yang luar biasa dalam mempromosikan dan mendukung hak asasi manusia lewat karya seni.

Di samping itu, Dewan Masyarakat Bersatu berkolaborasi dengan UNESCO dalam upaya memperkuat posisi wanita, mendorong kesetaraan Gender, serta mendukung inisiatif-inisiatif yang dijalankan oleh para wanita.


(News IT/
Kompas.com
)

Related Post

Leave a Comment