Alumni UGM Buka Rahasia Tesisnya: Lebih Tak Berkualitas daripada Skripsi Jokowi, Roy Suryo Berikan Penjelasan

admin_gie9341w

13/09/2025

4
Min Read

On This Page


ITNews

Pernyataan Roy Suryo tentang skripsi Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) yang dianggap tidak valid akhirnya dipertimbangkan oleh alumni Universitas Gadjah Mada (UGM), Budi Suryanto.

Budi Suryanto adalah seorang sarjana S1 dari Fakultas Teknik di Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menulis sebuah tesis untuk proyek akhirnya.

Menurut Budi Suryanto, saat itu mahasiswa Fakultas Teknik di UGM tidak menulis skripsi, tetapi melakukan penelitian berupa tesis.

Inilah hal yang belum dimengerti oleh Roy Suryo dan kawan-kawannya, sebab mereka bukan mahasiswa jurusan teknik.

Dia juga memperjelas tuduhan Roy Suryo yang mengatakan bahwa skripsi Jokowi tidak valid, salah satu alasannya adalah adanya teks tesisnya.

Walaupun pada akhirnya Roy Suryo menyatakan klarifikasi bahwa naskah thesis tersebut sebenarnya terdapat dalam disertasi dari sahabat Jokowi.

Tetapi dia masih yakin bahwa teori tersebut ditujukan bagi mahasiswa pascasarjana, bukan yang sarjana muda.

Inilah hal yang diyakini oleh Budi Suryanto bahwa Roy Suryo tidak paham, dan karena itu dianggap berkhayal.

Sebenarnya, Budi yang berhasil lulus pada tahun 1995 tersebut menyusun tesis ketika mengambil program Sarjana di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM).

Bahkan Budi Suryanto menunjukkan konten tesisnya yang jauh lebih tidak berkualitas dibandingkan dengan skripsian Jokowi.

Roy Suryo mengklaim bahwa skripsi Jokowi sebagian besar palsu dengan tingkat keabsahan hanya 0,1%, berdasarkan ketiadaan lembar pemeriksaan.

Terdapat juga kesalahan eja dalam penulisan nama dosen pembimbing Jokowi, yaitu Sumitro dan Soemitro.

Berdasarkan pendapat Budi Suryanto, kejadian tersebut merupakan sesuatu yang biasa terjadi di masa lalu.

Ia bahkan menunjukkan skripsinya yang pun belum ditanda-tangani oleh dosen pembimbing.

Budi yakin bahwa skripsi Jokowi malah lebih unggul dibandingkan dengan tesis yang dimilikinya.

“Skripsi JKW ternyata lebih baik daripada skripsiku dari sisi pemilihan dosen pembimbing. Kalau Roy mengatakan ini terlalu tidak masuk akal,” tulis Budi Suryanto di akun Twitter atau X-nya.

Dalam gambar yang di-posting oleh Budi, tampak adanya catatan ‘Sudah diperiksa dan disahkan: Pembimbing dosen Ir H Arief Darmawan’.

Kolom tersebut ternyata belum di tandatangan oleh dosen pembimbing skripsi Budi Suryanto waktu itu.

Tetapi di halaman tersebut tampak tanda tangan di sebelah kiri dengan tanggal 26-12-92.

Menurut Budi, walaupun belum ditandatangani oleh pembimbing resmi, lembaran tesis tersebut ternyata telah ditandatangi oleh sang pembimbing.

“Seperti Jokowi yang memiliki tandatangan dari wakil presiden, sedangkan saya belum memperoleh penandatan tanda tangan pembimbing, namun sudah mendapatkan paraf dosen dengan tanggal dan tahun,” demikian katanya.

Menurut Budi, perdebatan mengenai tokoh Kasmudjo sebenarnya tidak menjadikan para alumni UGM terkejut.

Menurut dia, kondisi semacam itu sering kali terjadi di kampus UGM antara tahun 1980-an hingga 1990-an.

“Maka dalam hal Jokowi mengapa muncul Kasmujo. Kami yang waktu itu sedang menempuh pendidikan di UGM tentunya memahami kondisi pada masa tersebut, dan dapat dipastikan Kasmujo saat itu masih berstatus sebagai dosen muda,” demikian katanya.

Bukan hanya itu, Budi pun menyebutkan bahwa ketika itu mahasiswa Fakultas Teknik di UGM tidak menulis skripsi, tetapi thesis.

Dia mengira bahwa Roy Suryo dan kawan-kawannya mungkin tidak menyadari hal tersebut, yang membuat mereka mencela skripsinya sebagai sampah hanya berdasarkan adanya kata “tesis”.

“Sesungguhnya, sebagian besar dari apa yang disebut oleh Roy Suryo adalah tidak benar. Misalnya saja saat ia mengatakan bahwa tesis digunakan untuk program studi pascasarjana atau S2. Hal tersebut dikarenakan Roy berasal dari fakultas bukan ilmu terapan. Di jurusan teknik pada jenjang sarjana biasanya menggunakan istilah ‘tesis’, mirip dengan contoh miliki saya sendiri,” katanya.

Sebelumnya, Roy Suryo yang yakin bahwa ijazah Jokowi adalah palsu, secara tegas mengatakan bahwa skripsi-nya tersebut tidak valid.

Dimulai dari ketiadaan lembar pemeriksaan, sampai dengan nama dosen pembimbing dan teks tesis.

“Terdapat teks tesis di sana, tetapi seharusnya itu adalah skripsi untuk Sarjana yakni hal yang sangat tidak biasa,” ujar Roy Suryo.

Dia mengkritik bahwa Universitas Gadjah Mada (UGM) telah melepas Jokowi meskipun terdapat beberapa kesalahan dalam skripsi yang diajukannya.

“Saya meratapi mengapa Universitas Gadjah Mada yang begitu luas dan amat kusukai dapat menamatkan seseorang jika benar-benar lulus dengan tugas akhir seperti itu,” ujarnya.

Berdasarkan seluruh temuan dari hasil analisisnya, Roy Suryo yakin bahwa skripsi Jokowi adalah palsu.

“Jadi skripsi yang telah kami yakini sebesar 99,9% itu tentunya palsu dan tak akan pernah menciptakan ijazah asli,” ujar Roy Suryo.

Akan tetapi, baru-baru ini Roy Suryo mengubah penjelasan tentang tulisan tesis dalam skripsinya.

Menurut Roy Suryo, naskah tesis tersebut tidak berasal dari disertasi Jokowi.

“Yang tertulis dalam tesis itu bukanlah milik Jokowi,” ujar Roy.

Roy Suryo menyatakan bahwa isi dari naskah tesis tersebut terdapat dalam karya tulis akademik seorang teman Jokowi.

“Tidak, tetapi dia adalah teman dari orang tersebut. Temannya mengklaim memiliki dokumen persetujuan,” ujar Roy Suryo.

Meskipun demikian, ia menggarisbawahi bahwa skripsi Jokowi malahan lebih buruk karena tak terdapat halaman pemeriksaan apapun.

“Makin buruk lagi kasusnya di tangan Pak Jokowi, sebab tidak ada lembar pengujiannya,” ungkap Roy.


Ikuti channel Tribunnews Bogor melalui aplikasi WhatsApp :

https://whatsapp.com/channel/0029VaGzALAEAKWCW0r6wK2t

Related Post

Leave a Comment